Minggu, 11 November 2012

materi seni budaya kelas x semester 1


BATIK NUSANTARA
 
            30 September 2009 merupakan saat bersejarah bagi bangsa Indonesia. Kalian tahu kenapa? itulah saat warisan budaya Indonesia yang diterima dan diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda yang dihasilkan oleh bangsa Indonesia. Setelah Badan UNESCO menetapkan batik merupakan kesenian yang  berasal dari Indonesia, baru diresmikanlah hari batik oleh presiden Republik Indonesia, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 2 Oktober 2009.
            Setelah UNESCO menetapkan batik merupakan kesenian yang berasal dari Indonesia, maka langkah-langkah selanjutnya yang tak kalah penting yaitu perlunya upaya-upaya serius dari pemerintah dan masyarakat untuk terus melestarikan budaya. Sebagai generasi penerus bangsa, mari kita lestarikan batik sebagai suatu tindakan cinta terhadap Indonesia.  Untuk lebih meningkatkan kecintaan kita terhadap batik, mari kita pelajari batik lebih mendalam pada bab ini.
 
A. Pengertian Batik
Secara umum batik adalah lukisan atau gambar pada kain (mori) yang  dibuat dengan menggunakan alat yang berupa canting, serta dengan teknik tutup celup. Kata batik berasal dari bahasa Jawa “amba” yang berarti menulis sedangkan  “tik” yang berarti menitik atau menetes. Secara mudah kemudian diartikan melukis dengan (menitik) lilin.
 
 B. Sejarah Batik
            Para ahli masih belum dapat menyimpulkan secara pasti sejarah dan asal-muasal batik. Jika ditelusuri 1.500 tahun lalu, terdapat teknik merintangkan warna (dye resistance) seperti batik  yang ditemukan di Mesir dan Timur Tengah. Hal yang sama juga ditemukan di Turki, India, China, Jepang, dan Afrika Barat. Walaupun berbagai Negara memiliki teknik merintang warna seperti batik, namun tidak dari semua negara itu yang mengembangkan batik sebagai seni yang sangat dikembangkan dan dipakai sehari-hari seperti di Jawa. Asal muasal masuknya batik di Indonesia belum diketahui secara pasti.  Keragaman motif batik tidak lebih dari proses akulturasi atau percampuran budaya. Ada beberapa kemungkinan motif batik yang mendapat pengaruh dari budaya luar negeri, antara lain :

a.       India,
      Terdapat persamaan motif ceplok (kuncup bunga yang sedang mekar) di India.

b.       Perancis atau Belanda

      Ragam hias buketan berasal dari bahasa Perancis dan Belanda “bouquet  atau motif rangkaian bunga.


 
c.       Jepang
      Batik Hokokai atau batik pagi sore adalah jenis batik yang mendapat pengaruh dari Jepang. Batik ini disebut batik pagi sore, karena terdapat dua sisi motif batik yang berbeda. Penggunaannya, pada pagi hari digunakan sisi pertama, dan sore harinya menggunakan sisi yang lain. Hal ini dikarenakan oleh sulitnya memperoleh atau memproduksi batik, sehingga para pengrajin batik menghemat kain batik dengan menerapkan teknik dua sisi motif batik. Ciri khas batik ini adalah motifnya saling tumpuk dengan berbagai macam warna dan terdapat dua sisi motif dalam satu kain batik.


 
d.       China
      Pengaruh China pada kain batik sangat tampak pada warna-warnanya yang banyak menggunakan warna merah dan orange, motif kupu-kupu yang melambangkan cinta kasih, burung hong (merak) yang melambangkan kemewahan, keanggunan dan kecantikan.




 e.       Arab
   Pengaruh arab juga turut mewarnai motif batik Nusantara, misalnya pada batik indramayu dan batik Jambi yang mendapat pengaruh dari motif surat (ayat-ayat suci Al-Qur’an), “sawat riwe” dan “singa parsi”. Singa parsi merupakan motif yang menggambarkan pedang “Dzul fiqar”. Menurut sejarah, pedang ini adalah pemberian nabi besar Muhammad SAW kepada menantunya Ali Bin Abi Thalib.
      Perkembangan batik pada awalnya sangat pesat di pulau Jawa, terutama Jawa Tengah. Pembatikan yang berjalan sangat pesat itu berjalan di daerah Solo dan Yogyakarta. Namun pada akhirnya perkembangan batik juga merambah ke daerah pesisir seperti, Indramayu, Pekalongan, Demak, Lasem, Cirebon, Tuban dan Madura.
      Dalam perkembangannya, batik Solo dan Yogyakarta sangat mempengaruhi batik daerah pesisir, namun rakyat daerah pesisir tidak terpaku dengan pakem-pakem batik Solo dan Yogyakarta yang merupakan daerah kekuasaan keraton. Fenomena ini memberikan kebebasan rakyat untuk bebas memproduksi batik sesuai dengan corak daerah masing-masing. Daerah pesisir merupakan daerah transit perdagangan yang sering disinggahi kapal milik pedagang asing. Masuknya barang-barang dari luar negeri seperti keramik China, kain cinde dari India barat (Gujarat) dan lainnya sedikit banyak memberikan pengaruh kesenian daerah setempat, terutama daerah pesisir. Dari sinilah lahir karya- karya baru dengan keunikan, keindahan dan ciri khas tersendiri.
 
 
C. Ragam Hias Batik
 
Ragam hias dalam seni rupa berfungsi mengisi kekosongan suatu bidang dan juga berfungsi simbolis. Ragam hias sangat erat hubungannya dengan pola hias dan motif hias. Kita sudah mem- pelajari tentang motif dasar ragam hias Indonesia pada bab 1, sebagian besar ragam hias Indonesia diaplikasikan pada batik. Ragam hias batik dibagi menjadi tiga, yaitu: ragam hias geometris, non geometris, dan benda mati. Untuk lebih memahami batik, mari kita pelajari ragam hias apa saja yang ada dalam batik.
Ragam Hias Geometris Antara lain meliputi: pilin ganda, tumpal, meander, swastika, kawung, nitik, udan liris, ceplok, dan tambal miring.
 
 
 
 a.  Ragam Hias Non Geometris
 Antara lain meliputi: manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan.
 
 b. Ragam Hias Benda Mati  
Antara lain meliputi unsur-unsur alam seperti: api, air, batu, gunung, kayu, awan, matahari dan lain-lain. Kemudian dalam perkembangannya juga terdapat motif rumah, candi, dan lain sebagainya.

D. Teknik Batik Nusantara

Batik dikenal dengan motif-motifnya yang sangat beragam dengan karakter dan corak yang beragam pula. Ditinjau dari tekniknya, sebenarnya teknik membatik digolongkan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Batik tulis (Hand drawn batik)
b. Batik cap (Stamped batik)

         Namun dalam perkembangannya, terdapat alternatif atau terobosan
baru dalam berkarya batik. Diantaranya adalah:
a. Batik Ikat, celup, atau jumput (Wrap and dye batik)
b. Batik lukis (painting batik)
c. Batik cetak (printing batik)
         Alternatif teknik batik ini tidak dapat lagi dapat disebut batik karena tidak melalui proses membatik (sesuai dengan pengertian aslinya bahwa batik adalah gambar atau lukisan pada kain (mori) yang dibuat dengan menggunakan alat canting, serta dengan teknik tutup celup), Jadi, alternatif dalam membatik tidak lagi disebut batik, tapi kain bermotif batik.

E. Prosedur Membatik
 
a.    Bahan
1)    Kain (mori, blaco, primisima, berkulin, biru, dan kain sutera)
2)    Malam atau lilin
     Berdasarkan jenisnya, lilin atau malam dibagi menjadi:
        a)    Malam tawon (lebah), ialah malam yang berasal dari sarang lebah (tolo tawon). Tolo tawon                         dipisahkan dari telur lebah dengan cara merebusnya
        b)    Malam Klenceng adalah malam dari sarang lebah klenceng dan didapat dengan cara merebusnya
        c)    Malam putih berasal dari minyak latung buatan pabrik
        d)    Malam kuning berasal dari minyak latung buatan pabrik
        e)    Malam hitam/songkel berasal dari minyak latung buatan pabrik.
Berdasarkan variasi campuran bahan dasar serta pemanfaatannya dalam proses membatik terdapat beberapa macam, antara lain:
        a)    Malam tembokan, digunakan untuk menutup penuh atau ngeblok. Malam ini berwarna coklat                         kehitaman dengan   daya rekat yang sangat kuat.
        b)    Malam klowong, digunakan untuk nglowongi, garis atau outline. Malam ini berwarna coklat                         kekuningan.
        c)    Malam biron, digunakan untuk memberi warna biru.
        d)    Malam cap, digunakan untuk batik cap.
 
3)    Pewarna
        a)    Pewarna Alami, diperoleh dari warna alami dedaunan, kayu,akar-akaran dan biji-bijian dengan                 cara merendamnya.
        b)    Pewarna Sintetis atau zat warna buatan adalah zat warna yang dibuat secara kimiawi oleh pabrik.                 Zat warna batik  memiliki karakter yang mana apabila dipakai dalam keadaan dingin atau panas                 tidak sampai melelehkan malam atau lilin Zat warna sintetis diantaranya, indigo, indigosol, naphtol,                 rapid, cat basis dan cat belerang.

b.    Alat
1)    Canting adalah alat untuk membatik yang berfungsi   menampung lilin yang akan digunakan untuk                 menulis (melukis cairan lilin).
Canting memiliki bagian-bagian, antara lain :
        a.    Gagang terong atau tangkai canting
        b.    Nyamplungan, yaitu badan canting yang berfungsi untuk
              menampung lilin
        c.    Carat, yaitu pipa yang berfungsi sebagai keluarnya cairan
              malam dari nyamplungan.    
    
Menurut banyaknya carat (cucuk) canting dapat dibedakan :
        a)    Canting cecekan bercucuk satu (tunggal), kecil, dipergunakan untuk membuat titik titik kecil (Jawa                 : cecek). Orang membuat titik-titik dengan canting cecekan disebut “nyeceki”. Selain untuk                         membuat titik-titik kecil sebagai pengisi bidang, canting cecekan dipergunakan juga untuk                         membuat garis-garis kecil.
        b)    Canting loron. Loron berasal dari kata loro yang berarti dua. Canting ini bercucuk dua, berjajar                 atas dan bawah, dipergunakan untuk membuat garis rangkap. 
        c)    Canting telon. Telon dari kata telu yang berarti tiga. Canting ini bercucuk tiga  susunan bentuk segi                 tiga. Kalau canting telon di-pergunakan untuk membatik, maka akan terlihat bekas segi tiga yang                 dibentuk oleh tiga buah titik, sebagai pengisi.

Menurut fungsinya, canting dibedakan menjadi dua, yaitu :
        a)    Canting reng-rengan dipergunakan untuk membatik Reng-
                rengan. Reng-rengan (ngengrengan) ialah batikan pertama kali sesuai dengan pola sebelum                         dikerjakan lebih lanjut. Batikan hasil mencontoh pola batik kerangka ataupun bersama isi disebut                 Polan.
        b)    Canting Isen ialah canting untuk membatik isi bidang, atau untuk mengisi pola. Canting isen                         bercucuk kecil baik, tunggal maupun rangkap.
 
Sedangkan menurut ukurannya, canting dibagi menjadi tiga :
        a)    Canting carat (cucuk) kecil
        b)    Canting carat (cucuk) sedang
        c)    Canting carat (cucuk) besar


2)    Wajan, untuk tempat memanaskan lilin
3)    Anglo atau perapian
4)    Gawangan adalah alat untuk membentangkan kain batik   
5)    Cawang  adalah alat untuk menjepit kain batik yang  dibentang- kan. Berbahan bambu atau  bisa pula         memakai bandul dari timah, kayu maupun batu untuk menahan kain mori yang akan dibatik agar tidak         bergeser.
6)    Sarung tangan, untuk melindungi tangan dari zat pewarna batik
7)    Dandang besar, berguna sebagai tempat pelarutan malam atau lilin yang melekat. Juga berguna sebagai         tempat merendam dan mendidihkan air yang diberi larutan soda abu.
8)    Setrika, untuk melelehkan dan membersihkan kain dari lilin
9)    Kuas (untuk batik lukis)
10)    Cap (untuk batik cap)

F. Langkah-langkah Membuat Batik

a.    Membuat Desain
Desain adalah menggambar pola hias pada kertas gambar. Setelah
itu, gambar pola hias dipindahkan ke kain dengan menggunakan
pensil.
b.    Persiapan
Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam membatik adalah bahan
atau kain yang sudah di gambar sebelumnya. Kemudian lilin atau
malam, pewarna, canting, kuas, wajan, dan kompor atau anglo.
Pertama-tama menyalakan kompor atau anglo kemudian letakkan
wajan dan dimasukkan lilin sampai mencair.
c.    Proses
1. membatik kerangka / membuat desain motif
membatik kerangka dengan memakai pola disebut “mola”, sedang tanpa pola disebut “ngrujak”. Mori yang sudah dibatik seluruhnya berupa kerangka, baik bekas memakai pola maupun dirujak, disebut “batikkan kosongan”, atau disebut juga “klowongan’. Canting yang dipergunakan ialah canting cucuk sedeng yang disebut juga canting klowongan.
2. ngisen-iseni
Ngisen-iseni dari kata “isi”. Maka ngisen-iseni berarti memberi isi atau mengisi. Ngisen iseni dengan mempergunakan canting cucuk kecil disebut juga canting isen canting isen bermacammacam. Tetapi sepotong mori belum tentu mempergunakan seluruh macam canting isen, tetapi tergantung pada motif yang akan di buat.Umpama memerlukan bermacam –macam canting isen karena beraneka ragam ; Tetapi membatik harus satu persatu, dan setiap bagian harus selesai sebelum bagian lain dikerjakan dengan canting lain misalnya kalau “nyeceki” (membuat motif yang terdiri dari titik-titik), bagian cecekan harus selesai seluruhnya.
3. Nerusi
Nerusi merupakan penyelesaian yang kedua. Batikan yang berupa ngengrengan kemudian di balik permukaannya, dan dibatik kembali pada permukaan kedua itu. Membatik nerusi ialah membatik mengikuti motif pembatikan pertama pada bekas tembusnya. Nerusi tidak berbeda dengan mola dan batikan pertama berfungsi sebagai pola. Canting-cantingyang dipergunakan sama dengan canting.
Canting untuk ngengreng nerusi terutama untuk mempertebal tembusan batikan pertama serta untuk memperjelas. Batikan yang selesai pada tahap ini pun masih disebut “ngengrengan”. Pengobeng yang membatik dari permulaan sampai selesai nerusi disebut “ngengreng”.
4. Nembok
Sebuah batikan tidak seluruhnya diberi warna, atau akan diberi warna yang bermacam-macam pada waktu penyelesaian menjadi kain.Maka bagian-bagian yang tidak akan diberi warna, atau akan diberi warna sesudah bagian yang lain harus ditutup dengan malam. Cara menutupnya seperti cara membatik bagian lain dengan mempergunakan canting tembokan. Canting tembokan bercucuk besar. Orang yang mengerjakan disebut “Nembok” atau nemboki dan hasilnya disebut “tembokan”. Bagian yang ditembok biasanya disela-sela motif pokok. Menembok biasanya mempergunakan malam kualitas rendah.
5. Bliriki
Bliriki ialah nerusi tembokan agar bagian-bagian itu tertutup sungguh –sungguh. Bliriki mempergunakan canting tembokan dan caranya seperti nemboki. Apabila tahap terakhir ini sudah selesai berarti proses membatik selesai juga. Hasil Bliriki disebut “blirikan” tetapi jarang disebut demikian, lebih biasa disebut”tembokan
6. Mbabar
Mbabar ialah proses penyelesaian dari batikan menjadi kain. Selesai batikan dibliriki, meningkat pengerjaan selanjutnya, yaitu memproses menjadi kain. Dibeberapa daerah cara mbabar pada garis besarnya sama. Perbedaan hanyalah terletak pada perbandingan bahan adonan yang dipergunakan.